Rumah Adat Aceh / Aceh adalah provinsi Indonesia yang terletak di ujung utara Pulau Sumatera. Provinsi Aceh sering pula lekat dengan gelar Daerah Istimewa karena dalam pemerintahannya, negara telah menjamin kekhususannya dalam mengatur hukumnya sendiri, terutama yang berkaitan dengan hukum syariat Islam. Aceh memang erat dengan budaya Islam. Sejarah telah mencatat bahwa Aceh merupakan pintu masuk bagi penyebaran Islam di Indonesia pada masa silam. Hal inilah yang menyebabkan budaya Aceh tak bisa dilepaskan dari campur baur antara budaya Melayu sebagai budaya penduduk aslinya, dan budaya Islam. Salah satu yang bukti yang bisa kita lihat dari adanya akulturasi kedua budaya tersebut misalnya adalah rumah adat Aceh yang bernama Rumah Krong Bade.
Karena memiliki struktur panggung, pada rumah adat Aceh ini kita dapat menemukan ruang bawah. Ruang ini biasanya digunakan sebagai gudang tempat penyimpanan bahan pangan, serta sebagai tempat para wanita untuk melakukan aktivitas, misalnya aktivitas menenun kain khas Aceh.
Untuk memasuki rumah, kita perlu meniti tangga di bagian depan rumah. Tangga tersebut biasanya memiliki jumlah anak tangga yang ganjil. Adapun setelah naik ke bagian atas, kita akan menemukan banyak sekali lukisan yang menempel di dinding-dinding rumah sebagai hiasan. Jumlah lukisan pada dinding luar rumah dapat menjadi simbol tingkat ekonomi pemiliknya.
Ruang Depan atau biasa disebut seuramoë keuë. Ruangan ini berfungsi sebagai ruang santai dan tempat berisirahat bagi seluruh anggota keluarga. Ruangan ini juga digunakan sebagai tempat menerima tamu.
Ruang Tengah atau biasa disebut seuramoë teungoh. Ruangan ini adalah ruang inti dari sebuah rumah adat Aceh (ruang inong) dan di tandai dengan lantai yang lebih tinggi dari ruang depan. Karena termasuk ruang inti, maka ruangan ini termasuk sangat privat. Para tamu yang datang tidak akan pernah diijinkan untuk memasukinya. Fungsi dari kamar-kamar yang terdapat di ruang tengah ini antara lain sebagai tempat tidur kepala keluarga, kamar anak, ruangan kamar pengantin, serta sebagai ruang pemandian mayat ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia.
Ruang Belakang atau biasa disebut sebagai seurameo likot. Ruangan ini adalah ruangan yang berfungsi sebagai tempat makan, dapur, dan tempat bercengkrama bagi sesama anggota keluarga. Lantai ruangan ini biasanya lebih rendah dibanding lantai rangan tengah. Sama seperti ruang depan, ruang belakang juga tidak memiliki kamar-kamar.
Rumah adat Aceh atau Rumoh Aceh tidak bisa dibangun secara sembarangan. Mengingat fungsinya yang begitu penting bagi kehidupan pemiliknya, beberapa aturan wajib ditaati oleh seseorang yang hendak membangun rumah adat Krong Bade ini. Aturan tersebut di antaranya upacara penentuan hari baik, mengadakan kenduri sebelum membangun, pemilihan bahan bangunan yang berkualitas, pengolahan bahan bangunan dengan presisi, finishing dengan pewarnaan, penambahan lukisan, dan pemberian ukiran, serta diakhiri dengan kenduri syukuran saat rumah akan ditempati pemiliknya.
Nah, demikianlah pemaparan sekilas kami tentang rumah adat Aceh beserta gambar, sejarah, filosofi, dan penjelasannya. Semoga dapat menjadi referensi bagi kita untuk semakin mengenal budaya masyarakat suku Aceh. Jika artikel penjelasan rumah adat Krong Bade ini dirasa bermanfaat, silakan share. Jangan lupa pula untuk membaca artikel kami tentang rumah adat Sumatera Utara di pembahasan selanjutnya. Salam!
Rumah Adat Aceh
Di kesempatan kali ini, kami akan mengulas informasi seputar rumah adat Aceh tersebut mulai dari sejarah, gaya arsitektur, gambar, struktur, dan nilai-nilai filosofis yang terdapat di dalamnya. Bagi Anda yang ingin tahu bagaimana uniknya rumah adat bernama Krong Bade ini, silakan simak pembahasan berikut!1. Struktur Bangunan Rumah
Rumah adat Krong Bade –atau juga biasa disebut Rumoh Aceh, adalah sebuah rumah dengan struktur panggung dengan tinggi tiang 2,5 sd 3 meter dari permukaan tanah. Keseluruhan rumah ini dibuat dari bahan kayu, kecuali atapnya yang terbuat dari bahan daun rumbia atau daun enau yang dianyam, serta lantainya yang dibuat dari bambu.Karena memiliki struktur panggung, pada rumah adat Aceh ini kita dapat menemukan ruang bawah. Ruang ini biasanya digunakan sebagai gudang tempat penyimpanan bahan pangan, serta sebagai tempat para wanita untuk melakukan aktivitas, misalnya aktivitas menenun kain khas Aceh.
Untuk memasuki rumah, kita perlu meniti tangga di bagian depan rumah. Tangga tersebut biasanya memiliki jumlah anak tangga yang ganjil. Adapun setelah naik ke bagian atas, kita akan menemukan banyak sekali lukisan yang menempel di dinding-dinding rumah sebagai hiasan. Jumlah lukisan pada dinding luar rumah dapat menjadi simbol tingkat ekonomi pemiliknya.
2. Fungsi Rumah Adat
Selain memiliki fungsi sebagai identitas budaya, rumah Krong Bade juga memiliki fungsi praktis yaitu sebagai rumah tinggal masyarakat Aceh. Untuk menunjang fungsi praktisnya tersebut, rumah adat Aceh ini dibagi menjadi beberapa ruangan dengan kegunaannya masing-masing, yaitu:Ruang Depan atau biasa disebut seuramoë keuë. Ruangan ini berfungsi sebagai ruang santai dan tempat berisirahat bagi seluruh anggota keluarga. Ruangan ini juga digunakan sebagai tempat menerima tamu.
Ruang Tengah atau biasa disebut seuramoë teungoh. Ruangan ini adalah ruang inti dari sebuah rumah adat Aceh (ruang inong) dan di tandai dengan lantai yang lebih tinggi dari ruang depan. Karena termasuk ruang inti, maka ruangan ini termasuk sangat privat. Para tamu yang datang tidak akan pernah diijinkan untuk memasukinya. Fungsi dari kamar-kamar yang terdapat di ruang tengah ini antara lain sebagai tempat tidur kepala keluarga, kamar anak, ruangan kamar pengantin, serta sebagai ruang pemandian mayat ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia.
Ruang Belakang atau biasa disebut sebagai seurameo likot. Ruangan ini adalah ruangan yang berfungsi sebagai tempat makan, dapur, dan tempat bercengkrama bagi sesama anggota keluarga. Lantai ruangan ini biasanya lebih rendah dibanding lantai rangan tengah. Sama seperti ruang depan, ruang belakang juga tidak memiliki kamar-kamar.
3. Ciri Khas dan Nilai Filosofis
Ada beberapa ciri khas yang membedakan rumah Krong Bade dengan rumah adat Indonesia lainnya. Ciri khas rumah adat Aceh tersebut antara lain:- Memiliki gentong air di bagian depan untuk tempat membersihkan kaki mereka yang akan masuk rumah. Ciri ini memiliki filosofi bahwa setiap tamu yang datang harus memiliki niat baik.
- Strukturnya rumah panggung memiliki fungsi sebagai perlindungan anggota keluarga dari serangan binatang buas.
- Memiliki tangga yang anak tangganya berjumlah ganjil, merupakan simbol tentang sifat religius dari masyarakat suku Aceh.
- Terbuat dari bahan-bahan alam; merupakan simbol bahwa masyarakat suku Aceh memiliki kedekatan dengan alam.
- Memiliki banyak ukiran dan lukisan di dinding rumah; menandakan masyarakat Aceh adalah masyarakat yang sangat mencintai keindahan.
- Berbentuk persegi panjang dan membujur dari arah barat ke timur; menandakan masyarakat Aceh adalah masyarakat yang religius.
Rumah adat Aceh atau Rumoh Aceh tidak bisa dibangun secara sembarangan. Mengingat fungsinya yang begitu penting bagi kehidupan pemiliknya, beberapa aturan wajib ditaati oleh seseorang yang hendak membangun rumah adat Krong Bade ini. Aturan tersebut di antaranya upacara penentuan hari baik, mengadakan kenduri sebelum membangun, pemilihan bahan bangunan yang berkualitas, pengolahan bahan bangunan dengan presisi, finishing dengan pewarnaan, penambahan lukisan, dan pemberian ukiran, serta diakhiri dengan kenduri syukuran saat rumah akan ditempati pemiliknya.
Nah, demikianlah pemaparan sekilas kami tentang rumah adat Aceh beserta gambar, sejarah, filosofi, dan penjelasannya. Semoga dapat menjadi referensi bagi kita untuk semakin mengenal budaya masyarakat suku Aceh. Jika artikel penjelasan rumah adat Krong Bade ini dirasa bermanfaat, silakan share. Jangan lupa pula untuk membaca artikel kami tentang rumah adat Sumatera Utara di pembahasan selanjutnya. Salam!
Terimakasih atas postingannya.
BalasHapusMau tanya siapa penulis artikel rumah krong bade ya? Buat daftar pustaka. Trimakasih
Halo Mas Febri, yang menulis saya sendiri, Melly Noviannti. Terimakasih telah berkunjung!
Hapus