Sulawesi Utara adalah salah satu provinsi yang masyarakatnya terdiri atas suku dan etnis yang beraneka ragam. Di antara suku-suku tersebut, ada 4 suku mayoritas yang mendiami daerah ini, di antara suku Gorontalo, suku Bolaang Mangondow, suku Minahasa, dan suku Sangihe Talaud. Nah, ketika kita membicarakan mengenai kebudayaan di provinsi yang beribukota di Manado ini, kita tentu tidak bisa hanya membahas salah satu suku saja. Kita harus berbicara secara global mengenai keempat suku tersebut, begitupun saat kita akan membahas tentang pakaian adat Sulawesi Utara.
Adapun dalam perhelatan upacara adat, pakaian adat Sulawesi Selatan yang digunakan masyarakat Bolaang Mangondow diberi nama baniang untuk pria dan salu untuk para wanita. Baniang adalah pakaian dari perpaduan antara destar yang diikat di kepala dan pomerus yang diikatkan dipinggang. Sedangkan salu adalah baju dengan kelengkapan kain senket pelekat sebagai atasan dan bawahan serta hiasan emas untuk bagian dada yang disebut hamunse.
Untuk upacara adat, masyarakat Minahasa umumnya mengenakan pakaian adat Sulawesi Utara yang lebih modern. Kemeja dengan bawahan sarung, serta dilengkapi dengan dasi dan destar penutup kepala berbentuk segitiga adalah pilihan utama. Sementara pada wanita cenderung lebih sering menggunakan kebaya dan bawahan kain dengan warna yang sama (yapon), serta hiasan pernik perhiasan lain yang diselipkan di sanggulan rambut, leher, lengan dan telinga.
Laku tepu adalah pakaian dengan baju lengan panjang dan untaiannya sampai tumit. Pakaian ini dikenakan bersama perlengkapan lain yaitu popehe (ikat pinggang), paporong (penutup kepala), bandang (selendang di bahu), dan kahiwu (rok rumbai). Pakaian dan perlengkapan ini digunakan baik oleh wanita maupun para pria dengan warna dasar kuning, merah, hijau, atau warna cerah lainnya.
Nah, demikianlah penjelasan mengenai pakaian adat Sulawesi Utara lengkap dengan gambar dan nama-namanya. Semoga dapat menambah wawasan pengetahuan budaya kita. Salam!
Pakaian Adat Sulawesi Utara
Berikut ini beberapa pakaian adat Sulawesi Utara dan penjelasannya dari beberapa suku bangsa yang mendiami wilayah tersebut.1. Pakaian Adat Gorontalo
Sejak tanggal 22 Desember 2000, Gorontalo telah memisahkan diri dari Provinsi Sulawesi Utara menjadi provinsi sendiri melalui pemekaran dan otonomi daerah. Oleh karenanya, pembahasan mengenai pakaian adat Gorontalo telah kami pisah secara lebih lengkap pada artikel berjudul “Pakaian Adat Gorontalo dan Penjelasannya”.2. Pakaian Adat Bolaang Mangondow
Bolaang Mangondow adalah sebuah etnis suku di Sulawesi Utara yang dulunya pernah membentuk sebuah kerajaan dengan nama yang sama. Etnis suku ini memiliki kebudayaan yang cukup maju di masa silam. Hal ini dibuktikan oleh beragam jenis pakaian adat Sulawesi Utara yang dimiliki sesuai dengan peruntukannya.Baca Juga : Pakaian Adat BantenUntuk pakaian yang digunakan sehari-hari, masyarakat suku Bolaang Mongondow menggunakan kulit kayu atau pelepah nenas yang diambil seratnya. Serat –atau yang disebut oleh orang sana dengan nama “lanut” ini kemudian ditenun sehingga menjadi kain. Kain inilah yang kemudian dijahit menjadi pakaian sehari-hari. Kendati demikian, saat ini pakaian keseharian tersebut sudah sangat jarang bahkan tidak bisa lagi ditemukan. Sebagian besar masyarakat telah ,mengikuti perkembangan zaman sehingga lebih sering mengenakan pakaian dari bahan kapas.
Adapun dalam perhelatan upacara adat, pakaian adat Sulawesi Selatan yang digunakan masyarakat Bolaang Mangondow diberi nama baniang untuk pria dan salu untuk para wanita. Baniang adalah pakaian dari perpaduan antara destar yang diikat di kepala dan pomerus yang diikatkan dipinggang. Sedangkan salu adalah baju dengan kelengkapan kain senket pelekat sebagai atasan dan bawahan serta hiasan emas untuk bagian dada yang disebut hamunse.
3. Pakaian Adat Minahasa
Suku Minahasa menghuni daerah di sekitar semenanjung Sulawesi Utara. Suku ini disebut memiliki peradaban yang lebih maju dibanding suku Bolaang Mongondow di masa silam. Hal ini dibuktikan dengan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam memintal kapas untuk menghasilkan kain yang lebih nyaman digunakan untuk kegiatan sehari-hari. Pakaian tersebut bernama bajang.Untuk upacara adat, masyarakat Minahasa umumnya mengenakan pakaian adat Sulawesi Utara yang lebih modern. Kemeja dengan bawahan sarung, serta dilengkapi dengan dasi dan destar penutup kepala berbentuk segitiga adalah pilihan utama. Sementara pada wanita cenderung lebih sering menggunakan kebaya dan bawahan kain dengan warna yang sama (yapon), serta hiasan pernik perhiasan lain yang diselipkan di sanggulan rambut, leher, lengan dan telinga.
4. Pakaian Adat Sangihe dan Talaud
Pakaian adat Sulawesi Utara dari suku Sangihe Talaud adalah pakaian yang umumnya hanya dikenakan pada saat upacara Tulude. Pakaian ini dibuat dari bahan serat kofo atau sejenis tanaman pisang dengan serat batang yang kuat. Serat ini dipintal, ditenun, dan dijahit menjadi selembar pakaian yang disebut pakaian laku tepu.Laku tepu adalah pakaian dengan baju lengan panjang dan untaiannya sampai tumit. Pakaian ini dikenakan bersama perlengkapan lain yaitu popehe (ikat pinggang), paporong (penutup kepala), bandang (selendang di bahu), dan kahiwu (rok rumbai). Pakaian dan perlengkapan ini digunakan baik oleh wanita maupun para pria dengan warna dasar kuning, merah, hijau, atau warna cerah lainnya.
Nah, demikianlah penjelasan mengenai pakaian adat Sulawesi Utara lengkap dengan gambar dan nama-namanya. Semoga dapat menambah wawasan pengetahuan budaya kita. Salam!
0 Response to "Pakaian Adat Sulawesi Utara dari 4 Suku, Nama, Gambar, dan Penjelasannya"